Dampak #UninstallBukaLapak : Fanatisme Politik vs e-Bisnis

Bedah Dampak #UninstallBukaLapak : Fanatisme Politik vs e-Bisnis

Linimasa sosial media menjadi ramai saat CEO BukaLapak Achmad Zaky pada tanggal 13 Februari 2019 mengunggah cuitan mengenai sebuah data perbandingan budget Research and Development di berbagai negara dan opini melalui penggunakan diksi " presiden baru ". Cuitan yang langsung kontroversial ditanggapi banyak pihak di tengah hingar bingar suasana politik menjelang kontestasi pemilihan anggota legislatif dan presiden.
Saat Adilaga Politik Bercampur Dengan Ranah Bisnis Online
Maksud Achmad Zaky yang menginginkan,
Perlunya peningkatan budget investasi melalui riset dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) di masa depan, agar tidak kalah dengan negara-negara lain.
Ditanggapi lain oleh salah satu kubu, karena kurang sependapat dengan mengemukakan fakta lain soal unggahan tersebut. Aksi dan reaksi pun mengemuka dengan seruan boikot Bukalapak dengan tanda pagar #UninstallBukaLapak sampai menjadi trending.

Polemik yang terus memuncak sampai membuat Achmad Zaky harus menemui Presiden Joko Widodo kemudian membuat permintaan maaf dan klarifikasi secara terbuka serta menghapus unggahan twitternya.

Seharusnya hal ini mampu mengakhiri polemik, akan tetapi serangan tetap dilakukan dengan melakukan drop attact rating baik di playstore maupun app store.
Reaktif, Sensitif dan Fanatisme Netizen
Apakah sebegitu reaktif, sensitif dan fanatiknya kekuatan jari netizen ketika tidak menerima perbedaan opini dan kritikan ?
Setiap orang berhak menanggapi dan bereaksi sesuai dengan hati nuraninya masing-masing dan pola pikirnya menghadapi polemik. Pro dan Kontra itu wajar sebagai check and balance, tanpa ada kritik tak tahu kelemahan, tetapi kritik berlebihan apalagi tanpa dasar kuat itu bisa berubah menjadi kebencian.

Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, seharusnya siap dengan berbagai macam diskusi, kritik dan hal wajar saat seseorang mempunyai opini pribadi, terlepas apapun itu pilihan politiknya. Politik dan bisnis tidak dapat di pisahkan karena urusan bisnis pun tidak jauh dari kebijakan bersifat politis, bisnis itu harus dapat fleksibel menghadapi politik, tetapi akan menjadi tidak obyektif saat " Fanatisme Politik " di bawa masuk dalam ranah bisnis.

Tapi kali ini coba melihat dari perspektif lain tanpa mengkaitkannya dengan urusan politik, etika dan fanatisme berlebihan.
BukaLapak Nyungsep ?
Trafik Bukalapak vs Tokopedia vs Shopee
Apa dampak gerakan #UninstallBukaLapak terhadap trafik BukaLapak sendiri dan pesaingnya seperti Tokopedia dan Shopee.
Mari kita analisa dari data-data tabel dan gambar di bawah ini :
INDIKATOR
Tokopedia
Bukalapak
Shopee
Global Rank
339
315
536
Country Rank
9
11
28
Category Rank
46
40
25
Traffic - 2019 Januari
116.000.000
138.000.000
71.300.000
Traffic - 2018 Desember
189.000.000
126.500.000
68.600.000
Traffic - 2018 November
147.000.000
120.500.000
73.600.000
SOURCE : Similarweb (per 28 Februari 2019)
Dari tabel di atas sampai pertengahan Februari 2019, pengunjung BukaLapak belum terdampak dengan isu politik, baik dari segi jumlah pengunjung, rank global dan regional Indonesia. Sejak April 2018 BukaLapak terus mengalami trend peningkatan.

Pada Bulan Januari 2019, BukaLapak memimpin dalam jumlah pengunjung mencapai 138 juta, Shopee juga memperbaiki jumlah trafik kunjungan tetapi belum dapat melampaui jumlah pengunjung di bulan November 2018, sedangkan Tokopedia mengalami penurunan jumlah pengunjung dari bulan Desember 2018 sampai Januari 2019.
data ecommerce indonesia pasca polemik uninstall bukalapak
Dari data situs Alexa.com, situs BukaLapak di peringkat global berhasil naik 11 tingkat tetapi pada periode Februari 2019 peringkat cenderung datar atau landai. Terhitung sejak Agustus 2018 trend pergerakan naik dicapai oleh situs BukaLapak dan Shopee, bahkan Shopee mengalami kenaikan peringkat drastis sampai 316 tingkat di akhir Februari 2019.

Sedangkan semenjak Agustus 2018 peringkat Tokopedia terus mengalami trend penurunan dari peringkat 110 menjadi 168 sampai awal tahun 2019. Secara kinerja peringkat website BukaLapak dan Shopee terus menunjukkan trend positif jika di tinjau jumlah pengunjung website.

Tetapi apakah peningkatan jumlah kunjungan sejalan dengan peningkatan keuntungan perusahaan dan penjual di situs BukaLapak ?

Belum ada indikator khusus mampu menjawab pertanyaan itu, yang bisa menjawab performa keuntungan/kerugian adalah pihak internal website/perusahaan itu sendiri.

PEMBELI dan PENJUAL adalah “PELACUR” KEUNTUNGAN
Pada dasarnya penjual dan pembeli di BukaLapak sifatnya Tidak Eksklusif, dimana menjual atau membeli tidak hanya di salah satu platform ecommerce. Mereka mudah sekali berpindah dari satu platform ke platform yang lain. Platform mana yang memberikan benefit atau keuntungan, di situlah tempat mereka berjualan atau pun berbelanja. Inilah yang biasa dinamakan “Pelacur” Keuntungan.
Ada PROMO dan BENEFIT menarik kami datang dan kamu disayang, TIDAK ADA kamu ditinggalkan.
Meski penjual banyak dan jenis barang yang di jual banyak, tetapi penyedia platform jual beli online yang memiliki trafik kunjungan besar jumlahnya hanya beberapa saja saat ini. Jadi persaingannya masih bersifat terbuka mengarah ke pasar persaingan sempurna. Tetapi jika salah satu atau beberapa ecommerce semakin besar dan kuat modalnya, maka bukan tidak mungkin akan menjadi oligopoli dan hal ini tentunya merugikan penjual dan konsumen.

Masih teringat dahulu saat belum hadirnya platform seperti Tokopedia, BukaLapak dan Shopee kita kenal situs TOKOBAGUS, BERNIAGA dan OLX. Proses kompetisi kurang sehat terjadi, dengan BERNIAGA di akuisisi TOKOBAGUS, kemudian TOKOBAGUS diakuisisi OLX. Meski sempat berjaya menjadi Top 10 dalam urusan trafik, pada akhirnya inovasi baru dan kekuatan modal mengalahkan trafik OLX.

Penjual dan pembeli yang pernah berjualan dan membeli di BERNIAGA, TOKOBAGUS dan OLX pun kemudian mulai beralih menggunakan platform ecommerce seperti Tokopedia, BukaLapak dan Shopee karena banyak tawaran menarik saat berbelanja bahkan diberi jaminan keamanan transaksi.

Oleh karena itu tidak serta merta BukaLapak di tinggalkan karena bagi penjual yang di cari adalah trafik dan keuntungan, sedangkan pembeli mencari benefit semaksimal mungkin (harga murah, gratis ongkos kirim atau hadiah).
Kesimpulan :
  • Jadi intinya belum ada pengaruh signifikan antara gerakan #UninstallBukaLapak dengan performa trafik
  • Ketika politik di campurkan dengan bisnis karena fanatisme berlebihan, di luaran sana masih banyak konsumen logis yang memang menggunakan BukaLapak untuk membeli barang incaran dan memanfaatkan fitur-fitur jasa yang tersedia di website dan aplikasi, apalagi masih banyak promo menarik yang ditawarkan oleh BukaLapak
  • Marilah berpikir dengan logis, fanatisme berlebihan dalam politis akan mengurangi nalar kita akan realita yang dihadapi, terima kritik dan masukan sebagai pemacu ke arah yang lebih baik

uninstall bukalapak
uninstall bukalapak dan traveloka
uninstall bukalapak mencapai
uninstall bukalapak maksudnya
uninstall bukalapak kaskus
uninstall bukalapak detik
uninstall bukalapak tweet
uninstall bukalapak karena
uninstall bukalapak kenapa
uninstall bukalapak ada apa
uninstall bukalapak trending
uninstall bukalapak twitter
uninstall bukalapak maksudnya apa
uninstall bukalapak adalah
uninstall bukalapak meme
uninstall bukalapak artinya
uninstall bukalapak jumlah
uninstall bukalapak kaskus
uninstall bukalapak gara gara
uninstall bukalapak karena
uninstall bukalapak tweet
uninstall bukalapak detik
uninstall bukalapak berapa
uninstall bukalapak berapa banyak
uninstall bukalapak ceo
uninstall bukalapak dan traveloka
uninstall bukalapak kronologi
uninstall bukalapak rugi
uninstall bukalapak sudah berapa
uninstall bukalapak traveloka
uninstall bukalapak tirto
uninstall bukalapak viral
Berlangganan Via Email Anda :

0comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.


Top